MAKALAH KIMIA ANALISIS I
“ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C PADA TABLET VITACIMIN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE TITRASI IODIMETRI”
OLEH :
NAMA : ULFA WILDA
NIM : F1F112007
KELAS : A
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2013
PENDAHULUAN
Konsentrasi
larutan dalam ilmu Farmasi sangat penting dalam perancangan produk obat, maupun
dalam pengujian hasil-hasil industri obat. Contoh aplikasinya adalah pengukuran
kadar vitamin C pada tablet vitacimin. Dalam penentuan nilai konsentrasi ini
pada umumnya dilakukan secara manual, dimana larutan yang hendak dicari kadarnya,
dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan indikator, kemudian larutan ini
ditetesi iodin yang telah diketahui nilai konsentrasinya sedikit demi sedikit
hingga terjadi perubahan warna. Namun karena alasan efisiensi, ketelitian, dan kepraktisan,
selain cara manual memakan waktu lama, hasil titrasi juga umumnya menghasilkan pembacaan
yang tidak tepat dari titik akhir titrasi, ini dikarenakan persepsi yang
berbeda setiap orang untuk menilai warna akhir titrasi. Untuk kepentingan ini,
pengukuran konsentrasi vitamin C dibuat sistem yang cenderung terotomatisasi
yang dapat menghemat waktu juga membaca warna akhir titrasi secara akurat. Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu analisis kuantitatif
dan bagaimana cara penetapan kadar vitamin C
yang terdapat pada tablet vitacimin dengan menggunakan metode iodimetri.
KAJIAN TEORI
Analisa
kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui/ menetapkan kadar
suatu zat (Svehla, 1985). Volumetri
merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada analisis ini
zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya telah
diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga
kepekatan zat yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan
teliti disebut larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke
dalam erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan
titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi.
Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit
karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati pH
ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut
kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002).
Indikator adalah asam organik lemah atau basa
organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi sebagian dimana warna yang
terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi (Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk
menentukan suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya
untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan melalui
alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan
yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Lehninger,
1995).
Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi: (1)
Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang diketahui konsentrasi
asamnya. Alkalimetri adalah apabila konsentrasi basanya diketahui. (2)
Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan kromatometri.
Permanganametri sebagai oksidatornya adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4-
+ 8H+ à Mn2+ + 4H2O.
Kromatometri bila kita mamakai oksidator K2Cr2O7. Reaksinya:
Cr2O72- + 14H+ à Cr. (3) Kalorimetri adalah titrasi dengan
iodium secara tidak langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara
langsung. Reaksinya: I2 + 2S2O32- à 2I- +S4O62-
I2 + 2e- à 2I- I + e- à I- (Day, dan Underwood, 2002).
Metode pengukuran
konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi iodimetri yaitu suatu penambahan
indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang
merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan
reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan
kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi
dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan
larutan berwarna biru gelap (Pratama, 2012).
Vitamin C adalah
salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi
radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa
dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C
seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian,
kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya
asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber
serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Karinda dkk, 2013).
Vitamin C pada
tubuh manusia juga berfungsi sebagai sintesis kolagen, sintesis karnitin,
noradrenalin, sorotin, adsobsi, dan metabolism besi, absobsi kalsium, mencegah
infeksi serta mencegah kanker dan penyakit jantung (Ika, 2009).
PEMBAHASAN
Analisis kuantitatif adalah analisis yang selain
mengidentifikasi unsur juga mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari
suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyaknya
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif vitamin C dalam tablet vitacimin dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan
bahwa sifat vitamin C yang dapat bereaksi
dengan iodium. Penentuan ini dilakukan dengan
menggunakan larutan I2 0,1 N sebagai titran dan amylum/
larutan kanji 0,5% sebagai indikatornya.
Vitamin C
disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah
berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Kegunaan Vitamin C
adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen,
membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler,
tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C
banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. Struktur kimianya terdiri dari
rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi
dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat.
Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui kadar Vitamin C. diantaranya
metode Titrasi dan spekrofotometri. Metode titrasi sendiri terbagi menjadi
beberapa macam diantaranya Iodimetri, asam-basa, titrasi 2,6 D. pada makalah
ini penulis menggunakan metode titrasi iodimetri. metode iodimetri ini paling
banyak digunakan karena mudah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan
laboratorium yang canggih. Pada metode ini menggunakan iodium sebagai indikator
yang mengoksidasi Vitamin C dan amilum/kanji sebagai indikatornya.
Prinsip dari
titrasi iodimetri adalah reduksi analit oleh I2 menjadi
I-. Iodium merupakan oksidator yang tidak
terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat
yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu
penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod
minyak dan lemak juga vitamin C.
Pada makalah ini
diambil sebagai sampel yaitu tablet vitacimin, mula-mula tablet digerus, lalu
timbang pada neraca analitik. Setelah itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer lalu
dilarutkan menggunakan air bebas CO2, setelah pengenceran dilakukan
ditambahkan H2SO4 encer, kemudian ditambahkan indikator
kanji 0,5% sebanyak 1 pipet lalu dititrasi menggunakan iodium 0,1 N, hingga
perubahan warna larutan menjadi biru tua. Warna biru yang
dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah
mencapai titik akhir.
Titrasi dilakukan dengan menggunakan
amilum/ kanji sebagai indikator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan
terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks
dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan
warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila
konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung
pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil
dalam air sehingga pada penetapan kadar vitamin C ditambahkan H2SO4
encer yang berfungsi sebagai peningkat kelarutan.
KESIMPULAN
Dari pembahasan
diatas dapat dimpulkan bahwa penetapan kadar vitamin C pada tablet vitacimin dengan
metode iodimetri dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan peralaten
yang cukup canggih sehingga dapat dilakukan pada percobaan skala laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur
kadar Vitamin C dengan Metode Asam Basa. Jurnal Neutrino. Jakarta.
Karinda, Monalisa, dkk, 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C
Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Jurnal Pharmacon. Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Lehninger, A. 1995. Dasar - Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. Terjemahan Maggy Tenawidjaja.
Pratama, Anggi. 2012. Aplikasi Labview Sebagai Pengukur Kadar
Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sumardjo. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum, Semarang.
Svehla, G. 1985.
Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Terjemahan Setiono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar