Kamis, 23 Mei 2013

“ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C PADA TABLET VITACIMIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI”MAKALAH KIMIA ANALISIS I “ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C PADA TABLET VITACIMIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI”“ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C PADA TABLET VITACIMIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI”

MAKALAH KIMIA ANALISIS I

ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C PADA TABLET VITACIMIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODIMETRI

OLEH :


NAMA            : ULFA WILDA
NIM                : F1F112007
KELAS           : A


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013

PENDAHULUAN
Konsentrasi larutan dalam ilmu Farmasi sangat penting dalam perancangan produk obat, maupun dalam pengujian hasil-hasil industri obat. Contoh aplikasinya adalah pengukuran kadar vitamin C pada tablet vitacimin. Dalam penentuan nilai konsentrasi ini pada umumnya dilakukan secara manual, dimana larutan yang hendak dicari kadarnya, dimasukan kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan indikator, kemudian larutan ini ditetesi iodin yang telah diketahui nilai konsentrasinya sedikit demi sedikit hingga terjadi perubahan warna. Namun karena alasan efisiensi, ketelitian, dan kepraktisan, selain cara manual memakan waktu lama, hasil titrasi juga umumnya menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dari titik akhir titrasi, ini dikarenakan persepsi yang berbeda setiap orang untuk menilai warna akhir titrasi. Untuk kepentingan ini, pengukuran konsentrasi vitamin C dibuat sistem yang cenderung terotomatisasi yang dapat menghemat waktu juga membaca warna akhir titrasi secara akurat. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu analisis kuantitatif dan bagaimana cara penetapan kadar vitamin C  yang terdapat pada tablet vitacimin dengan menggunakan metode iodimetri.
KAJIAN TEORI
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui/ menetapkan kadar suatu zat (Svehla, 1985). Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). 
Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi (Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Lehninger, 1995).
Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi: (1) Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang diketahui konsentrasi asamnya. Alkalimetri adalah apabila konsentrasi basanya diketahui. (2) Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan kromatometri. Permanganametri sebagai oksidatornya adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4- + 8H+ à Mn2+ + 4H2O. Kromatometri bila kita mamakai oksidator K2Cr2O7. Reaksinya: Cr2O72- + 14H+ à Cr. (3) Kalorimetri adalah titrasi dengan iodium secara tidak langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara langsung. Reaksinya: I2 + 2S2O32- à 2I- +S4O62- I2 + 2e- à 2I- I + e- à I- (Day, dan Underwood, 2002).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi iodimetri yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap (Pratama, 2012).
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan juga merupakan sumber vitamin C (Karinda dkk, 2013).
Vitamin C pada tubuh manusia juga berfungsi sebagai sintesis kolagen, sintesis karnitin, noradrenalin, sorotin, adsobsi, dan metabolism besi, absobsi kalsium, mencegah infeksi serta mencegah kanker dan penyakit jantung (Ika, 2009).

PEMBAHASAN
Analisis kuantitatif adalah analisis yang selain mengidentifikasi unsur juga mengidentifikasi kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif vitamin C dalam tablet vitacimin dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodium. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan larutan I2 0,1 N sebagai titran dan amylum/ larutan kanji 0,5% sebagai indikatornya.
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Kegunaan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi, serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat.
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui kadar Vitamin C. diantaranya metode Titrasi dan spekrofotometri. Metode titrasi sendiri terbagi menjadi beberapa macam diantaranya Iodimetri, asam-basa, titrasi 2,6 D. pada makalah ini penulis menggunakan metode titrasi iodimetri. metode iodimetri ini paling banyak digunakan karena mudah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. Pada metode ini menggunakan iodium sebagai indikator yang mengoksidasi Vitamin C dan amilum/kanji sebagai indikatornya.
Prinsip dari titrasi iodimetri adalah reduksi analit oleh I2 menjadi I-. Iodium merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat yang dapat dititrasi. Sehingga penerapannya tidak terlalu luas, salah satu penerapan titrasi dengan metode iodimetri adalah pada penentuan bilangan iod minyak dan lemak juga vitamin C.
Pada makalah ini diambil sebagai sampel yaitu tablet vitacimin, mula-mula tablet digerus, lalu timbang pada neraca analitik. Setelah itu dimasukkan kedalam Erlenmeyer lalu dilarutkan menggunakan air bebas CO2, setelah pengenceran dilakukan ditambahkan H2SO4 encer, kemudian ditambahkan indikator kanji 0,5% sebanyak 1 pipet lalu dititrasi menggunakan iodium 0,1 N, hingga perubahan warna larutan menjadi biru tua. Warna biru yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir.
Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum/ kanji sebagai indikator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga pada penetapan kadar vitamin C ditambahkan H2SO4 encer yang berfungsi sebagai peningkat kelarutan.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat dimpulkan bahwa penetapan kadar vitamin C pada tablet vitacimin dengan metode iodimetri dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan peralaten yang cukup canggih sehingga dapat dilakukan pada percobaan skala laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur kadar Vitamin C dengan Metode Asam Basa. Jurnal Neutrino. Jakarta.

Karinda, Monalisa, dkk, 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Jurnal Pharmacon. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Lehninger, A. 1995. Dasar - Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta. Terjemahan Maggy Tenawidjaja.

Pratama, Anggi. 2012. Aplikasi Labview Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sumardjo. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum, Semarang.

Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Terjemahan Setiono.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar