Rabu, 22 Mei 2013

MAKALAH KIMIA ANALISIS

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

 Berbagai penyakit dalam tubuh disebabkan oleh adanya radikal bebas. Radikal bebas adalah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam (contohnya besi dan tembaga), asap rokok, obat, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan lain-lain (Droge, 2002). Dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, substansi antioksidan berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai (Windono et al., 2001). Menurut Windono et al. (2001), antioksidan adalah senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi bahan pangan melalui perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas. Adanya antioksidan alami (seperti senyawa fenolik) maupun sintetis dapat menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan komponen organik dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Rohdiana, 2001).
Manggis merupakan salah satu buah yang diketahui memiliki banyak khasiat dalam pengobatan. Bagian dari kulit buah manggis dapat digunakan sebagai hypogycemic (antidiabetic effect,helps lower blood sugar) secara empiris. Secara tradisional bagian kulit buah sering dipakai dalam pengobatan tradisional seperti diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak yang tidak mengetahui jika kulit buah manggis memiliki khasiat. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang sebagai limbah setelah habis menyantap daging buah, ternyata memiliki segudang manfaat penting bagi kesehatan. Di dalam kulit buah manggis kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin (Moongkandi, et al., 2004; Kristenses, 2005; Weecharangsan, et al., 2006; Hartanto 2011). Selain itu, Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin dan xanton (Ho et al., 2002; Jung et al., 2006; Moongkandi et al., 2004; Weecharangsan et al., 2006).

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul beberapa masalah diantaranya :
v Apa itu buah manggis?
v Bagaimana metode ekstraksi kulit buah manggis?
v Bagaimana aktivitas farmakologi dan  antioksidan dari ekstrak kulit buah manggis?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
v Untuk mengetahui apa itu buah manggis.
v Uuntuk mengetahui bagaimana metode ekstraksi kulit buah manggis.
v Untuk mengetahui aktivitas farmakologi dan antioksidan dari ekstrak kulit buah manggis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Uraian Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)

1.     Sistematika Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.)

Divisi              : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Guttiferanaless
Famili             : Guttiferae
Genus              : Garcinia
Species            : Garcinia mangostana L.
(Rukmana, 1995)

2.     Nama Daerah

Manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat) (Anonim , 2000).

3.     Morfologi Tanaman

Manggis termasuk tanaman tahunan (perennial) yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan tahun. Batang tanaman manggis berbentuk pohon, berkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai ketinggian 25 meter atau lebih. Kulit batangnya tidak rata dan berwarna kecoklat-coklatan. Percabangan tanaman umumnya simetris membentuk tajuk yang rimbun dan rindang mirip piramida. Daun manggis berbentuk bulat-telur sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal dan bertangkai pendek sekali tanpa daun penumpu (stipulae). Struktur helai daun tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan sebelah bawah warnanya hijau kekuning-kuningan (Rukmana, 1995).

4.     Kandungan Kimia

Menurut penelitian Jung et al. (2006) dan Suksamran et al. (2002) komponen utama yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah xanton. Xanton merupakan senyawa yang terdiri dari cincin aromatik trisiklik yang disubstitusi dengan bermacam-macam gugus fenolik, metoksi, dan isoprene (Walker, 2007). Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia mangostana L. mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu mangostin dan β-mangostin (Sudarsono et al., 2002). Senyawa turunan xanton yang lain adalah 9-hydroxycalabaxanthone, 3-isomangostin, gartanin, 8- desoxygartanin (Walker, 2007), γ-mangostin dan metoksi-β- mangostin (Akao et al., 2008). Senyawa α-mangostin merupakan senyawa paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis (Jung et al., 2006).
Struktur kimia xanton dan turunannya (Walker, 2007)

5.     Manfaat Tanaman

Menurut Sudarsono et al., (2002) buah manggis digunakan untuk mengobati diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok dan sakit gigi. Kulit buahnya digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Ekstrak metanol kulit buah manggis mempunyai efek antiploriferatif dan antioksidan yang poten (Moongkarndi et al, 2004). Senyawa xanton yang terdapat dalam kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara, epidermoid carcinoma, small cell lung cancer dan hepatocellular carcinoma (Obolskiy et al., 2009). Senyawa xanton dalam kulit buah manggis dapat menghambat pertumbuhan sel kanker usus besar DLD-1 dengan nilai IC50 metoksi-β-mangostin < β-mangostin < α-mangostin < γ-mangostin (Akao et al, 2008). Penelitian oleh Matsumoto et al (2003) menyatakan bahwa α-mangostin yang terdapat dalam kulit buah manggis mempunyai aktivitas antiploriferatif 6 terhadap sel leukemia HL60 dengan cara menginduksi apoptosis. Menurut penelitian Jung et al. (2006), α-mangostin mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis dengan nilai IC50 6,25 μg/ml, dan mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 1,0 μg/ml.

B.    Senyawa α-mangostin

Senyawa α-mangostin merupakan senyawa paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis (Gambar 2). Senyawa α-mangostin merupakan suatu kristal amorf berwarna kuning yang memiliki titik lebur 180-182oC. Serapan tertingginya pada daerah UV adalah pada panjang gelombang 215, 243 dan 317 nm (Ee et al., 2005). Senyawa α-mangostin cenderung bersifat non polar, sehingga akan mudah larut dalam pelarut-pelarut yang bersifat non polar, seperti heksan (Walker, 2007).
Struktur kimia α-mangostin (Walker, 2007)
Penetapan kadar α-mangostin dapat dilakukan dengan metode KLT dan KCKT. Metode KLT dengan menggunakan fase gerak kloroform:etil asetat:metanol (80:10:5), dengan fase diam silika gel 60F245, deteksi pada UV 366 nm dan diperoleh harga hRf α mangostin sebesar 50,0 (Pothitirat and Gritsanapan, 2008). Metode KCKT menggunakan fase gerak asam fosfat 0,1%:asetonitril dengan fase diam C18 (Pothitirat and Gritsanapan, 2009). Penelitian yang telah dilakukan Walker (2007) dengan metode KCKT menggunakan fase gerak metanol:asam formiat 0,1% dalam air (75:25) dapat memisahkan senyawa senyawa xanton yang terdapat dalam manggis.

C.    Bentuk Sediaan Herbal

Sediaan herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infusa, dekok, dan sebagiannya berasal dari simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah berupa tumbuhan utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat, dan belum mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat murni kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 2000). Bentuk-bentuk sediaan tanaman obat yang sudah sejak lama digunakan antara lain:

1.     Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit (DepKes RI, 1979). Infundasi adalah proses penyarian yang pada umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Depkes RI, 1986). Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan bunga (DepKes RI, 2000).

2.     Dekok

Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90°C selama 30 menit (DepKes RI, 2000).

3.     Teh

Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobatan banyak dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infusa yang dilakukan pada teh hitam sebagai minuman (DepKes RI, 2000). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan teh adalah: jumlah simplisia dan air, dan derajat kehalusan simplisia. Jumlah simplisia dinyatakan dalam takaran gram dan air dalam takaran ml. Sedangkan derajat kehalusan untuk kayu, kulit dan akar rajangan agak kasar dengan ukuran lebih kurang 2,5 mm (DepKes RI, 2000).

BAB III

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Buah Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak yang tidak mengetahui jika kulit buah manggis memiliki khasiat. Kulit buah manggis yang selama ini dibuang sebagai limbah setelah habis menyantap daging buah, ternyata memiliki segudang manfaat penting bagi kesehatan. Di dalam kulit buah manggis kaya akan antioksidan seperti xanthone dan antosianin (Moongkandi, et al., 2004; Kristenses, 2005; Weecharangsan, et al., 2006; Hartanto 2011). Buah manggis berbentuk bulat dan berwarna unggu tua karena mengandung banyak antosianin pada kulitnya (Obolskiy et al., 2009). Dalam satu buah terdapat 5-6 daging buah. Mempunyai 1-3 biji, selaput biji tebal berair, putih serta dapat dimakan. Pohon manggis mempunyai akar serabut. Di halaman selanjutnya dapat dilihat gambar dari tanaman buah manggis. Kulit buah manggis mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi,antihistamin, antibakteri, antijamur, kanker, hipertensi, stroke dan terapi HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis memiliki aktivitas farmakologi merupakan golongan xanton (Nugroho, 2009). Selain itu Menurut polytechnic full education website competition (2010), kulit buah manggis juga digunakan mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit, bahkan juga Anti-fatigue (memberi tenaga), Anti oxidant (membuang racun dari dalam badan), Anti-seborrheaic (menpercantik kulit), Anti-obesity (menguruskan badan), Anti-glaucomic (sakit mata/ glukoma).

B.      Metode Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara menghentikan aktivitas enzim pada jaringan tumbuhan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harborne, 1987). Ekstraksi berupa kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (DITJEN POM, 2000).
Pembuatan ekstrak dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi. Maserasi dapat dilakukan dengan memasukan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam bejana, dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (Farmakope,1979).

C.    Aktivitas Farmakologi Dan Antioksidan

Pemanfaatan kulit buah manggis sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu. Kulit buah manggis secara tradisional digunakan pada berbagai pengobatan di Negara India, Myanmar Sri langka, dan Thailand (Mahabusarakam et al., 1987). Secara luas, masyarakat Thailand memanfaatkan kulit buah manggis untuk pengobatan penyakit sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea, dan eksim (ICUC, 2003). Di era modern, pemanfaatan kuliat buah manggis secara luas di Negara tersebut memicu minat para ilmuwan untuk menyelidi dan mengembangkan lembih lanjut aspek ilmiah keberkhasiatan kulit buah manggis tersebut. Banyak penelitian telah membuktikan khasiat kulit buah manggis, dan diantaranya bahkan menemukan senyawasenyawa yang bertanggungjawab terhadap efek-efek tersebut. Berikut ini akan disajikan pembahasan mengenai efek farmakologi dari kulit buah manggis.


1.     Aktivitas antihistamin

Dalam reaksi alergi, komponen utama yang mengambil beran penting adalah sel mast, beserta mediator-mediator yang dilepaskannya yaitu histamin dan serotonin. Allergi disebabkan oleh respon imunitas terhadap suatu antigen ataupun alergen yang berinteraksi dengan limfosit B yang dapat memproduksi imunoglobulin E (IgE). Imunoglubulin E yang diproduksi kemudian menempel pada reseptor FcεRI pada permukaan membran sel mast. Setelah adanya interaksi kembali antara antigen-antibodi, akan merangsang sel mast untuk melepaskan histamin (Kresno, 2001; Subowo, 1993). Berhubungan dengan reaksi alergi atau pelepasan histamin tersebut, Chairungsrilerd et al. (1996a, 1996b, 1998) melakukan pengujian ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap kontraksi aorta dada kelinci terisolasi yang diinduksi oleh histamine maupun serotonin. Dari analisa komponen komponen aktif dari fraksi lanjutan hasil dari kromatografi gel silika, mengindikasikan bahwa senyawa aktifnya adalah alfa dan gamma mangostin. Alfa mangostin sendiri mampu menunjukkan aktivitas penghambatan
kontraksi trakea marmut terisolasi dan aorta torak kelinci terisolasi, yang diinduksi simetidin, antagonis reseptor histamin H2. Namun, senyawa tersebut tidak menunjukkan aktivitas pada kontraksi yang diinduksi karbakol, fenilefrin dan KCl. Alfa mangostin juga mampu menghambat ikatan [3H]mepiramin terhadap sel otot polos arta tikus. Senyawa terakhir tersebut merupakan antagonis spesifik bagi reseptor histamin H1. Dari analisa kinetika ikatan [3H]mepiramin megnindikasikan bahwa alfa mangostin menghambat secara kompetitif. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa alfa mangostin tersebut dikategorikan sebagai pengeblok reseptor histaminergik khususnya H1, sedangkan gamma mangostin sebagai pengeblok reseptor serotonergik khususnya 5-hidroksitriptamin 2A atau 5HT2A.
Lebih lanjut, Nakatani et al. (2002a) melakukan penelitian ke arah mekanisme ekstrak kulit buah manggis tersebut. Pada penelitian tersebut ekstrak kulit manggis yaitu : etanol 100%, 70 %, 40% dan air, diuji terhadap sintesa prostaglandin E2 dan pelepasan histamin. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat pelepasan histamin dari sel 2H3- RBL yang diperantarai IgE. Semua ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat sintesa PGE2 dari sel glioma tikus yang diinduksi Ca2+ ionophore A23187. Pada reaksi
anafilaksis kutaneus pasif, semua ekstrak kulit manggis juga menunjukkan aktivitas penghambatan reaksi tersebut. Dari penelitian ini, ekstrak etanol 40 % buah manggis adalah paling poten dalam menghambat sintesa PGE2 dan pelepasan histamin.

2.     Aktivitas Antiinflamasi

Penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi dari kulit buah manggis sampai saat ini baru dilakukan pada tahapan in vitro dan untuk tahap in vivo baru pada penelitian dengan metode tikus terinduksi karagenen. Dari hasil penelitian diduga bahwa senyawa yang mempunyai aktivitas anti-inflamasi adalah gamma-mangostin. Gamma-mangostin merupakan xanton bentuk diprenilasi tetraoksigenasi, struktur kimia bisa dilihat pada Gambar . Nakatni et al. (2002b) melakukan penelitian aktivitas anti-inflamasi in vitro dari gamma mangostin terhadap sintesa PGE2 dan siklooksigenase (COX) dalam sel glioma tikus C6. Kedua senyawa dan enzim tersebut merupakan mediator terpenting dalam terjadinya reaksi inflamasi. Gamma-mangostin menghambat secara poten pelepasan PGE2 pada sel glioma tikus C6 yang diinduksi Ca2+ ionophore A23187. Gammamangostin menghambat perubahan asam arakidonat menjadi PGE2 dalam mikrosomal, ini ada kemungkinan penghambatan pada jalur siklooksigenase. Pada percobaan enzimatik in vitro, senyawa ini mampu menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2. Namun, senyawa tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap : (1) fosforilasi sinyal ekstraseuler p42/p44 yang diinduksi A23187, yang mengatur protein kinase teraktivasi kinase/mitogen, dan (2) pelepasan [14C]-asam arakidonat dari sel yang terlabel [14C]-AA tersebut. Dari penelitian ini, gamma mangostin mempunyai aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat aktivitas siklooksigenase (COX).
Lebih lanjut, Nakatani et al. (2004) mengkaji pengaruh gamma-mangostin
terhadap ekspresi gen COX-2 pada sel glioma tikus C6. Gamma mangostin menghambat ekspresi protein dan mRNA COX-2 yang diinduksi lipopolisakarida, namun tidak berefek terhadap ekspresi protein COX-1. Lipopolisakarida berfungsi untuk stimulasi fosforilasi inhibitor kappaB (IkappaB) yang diperantarai IkappaB kinase, yang kemudian terjadi degradasi dan lebih lanjut menginduksi translokasi nukleus NF-kappaB sehingga mengaktivasi transkripsi gen COX-2. Berkaitan dengan itu, gamma mangostin tersebut juga menghambat aktivitas IkappaB kinase dan menurunkan degradasi IkappaB dan fosforilasi yang diinduksi LPS. Pada luciferase reporter assay, senyawa tersebut menurunkan aktivasi NF-kappaB diinduksi LPS dan proses transkripsi gen COX-2 yang tergantung daerah promoter gen COX-2 manusia. Temuan tersebut didukung hasil penelitian in vivo, gamma mangostin mampu menghambat inflamasi udema yang diinduksi karagenen pada tikus. Dari penelitian ini dapat dibuat resume : gamma mangostin secara langsung menghambat aktivitas enzim Ikappa B kinase, untuk kemudian mencegah proses transkripsi gen COX-2 (gen target NFkappaB), menurunkan produksi PGE2 dalam proses inflamasi.

3.     Aktivitas Anti-oksidan

Dalam Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkatapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas
antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15.
Seiring dengan hasil tersebut, Jung et al. (2006) melakukan penelitian aktivitas antioksidan dari semua senyawa kandungan
kulit buah manggis, minus mangostingon. Dari hasil skrining aktivitas antioksidan dari senyawasenyawa tersebut, yang menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton A.

4.     aktivitas Antikanker

Hingga saat ini, pengobatan kanker masih tidak memuaskan. Oleh karena itu, penelitian penemuan obat kanker masih gencar dilakukan. Salah satu tanaman obat yang menjadi objek kajian adalah kulit buah manggis. Ho et al. (2002) berhasil mengisolasi beberapa senyawa xanton dan menguji efek sitotoksisitas pada sel line kanker hati. Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa garsinon E menunjukkan aktivitas sitotoksisitas paling poten. Sementra itu, Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak metanol kulit buah manggis menunjukka aktivitas sangat poten dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara SKBR3, dan menunjukkan aktivitas apoptosis.
Di lain pihak, Matsumoto et al. (2003) melakukan uji serupa yaitu aktivitas antiproliferatif dan apoptosis pada pertumbuhan sel leukimia manusia HL60. Berbeda dengan hasl penelitian sebelumnya, alfa-mangostin menunjukkan aktivitas anti-proliferasi dan apoptosis terpoten diantara senyawa xanton lainnya. Pada tahun 2004, Matsumoto et al. melanjutkan penelitian tersebut untuk mempelajari mekanisme apoptosis dari alfamangostin. Senyawa tersebut mampu mengaktivasi enzim apoptosis caspase-3 dan -9, namun tidak pada caspase-8. Alfa mangostin diduga kuat mem-perantarai apoptosis jalur mitokondria, ini didasari oleh perubahan mitokondria setelah perlakuan senyawa tersebut selama 1-2 jam. Perubahan mitokondria tersebut meliputi : pembengkakan sel, berkurangnya potensial membran, penurunan ATP intraseluler, akumulasi senyawa oksigen reaktif (ROS), dan pelepasan c/AIF sitokrom sel. Namun, alfa-mangostin tidak mempengaruhi ekspresi protein family bcl-2 dan aktivasi MAP kinase. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa target aksi alfa-mangostin adalah mitokondria pada fase awal sehingga menghasilkan apoptosis pada sel line leukimia manusia. Dari studi hubungan struktur aktivitas, gugus hidroksi mempunyai kontribusi besar terhadap aktivitas apoptosis tersebut.
Melanjutkan temuan di atas, Nabandith et al. (2004) melakukan penelitian in vivo aktivitas kemopreventif alfa-mangostin pada lesi preneoplastik putatif yang terlibat pada karsinogenesis kolon tikus, yang diinduksi 1,2-dimetilhidrazin (DMH). Pemberian senyawa tersebut selama 4-5 minggu, menghambat induksi dan perkembangan aberrant crypt foci (ACF), menurunkan dysplastic foci (DF) dan betacatenin accumulated crypts (BCAC). Pada pelabelan antigen nukleus sel yang mengalami proliferasi, senyawa tersebut menurunkan terjadinya lesi focal dan epitelium kolon tikus.

5.     Aktivitas Antimikroorganisme

Selain memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti di atas, kulit buah manggis juga menunjukkan aktivitas antimikroorganisme. Suksamrarn et al. (2003) bersama kelompoknya asal Thailand, melakukan penelitian potensi antituberkulosa dari senyawa xanton terprenilasi yang diisolasi dari kulit buah manggis. Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, alfa mangostin, gamma-mangostin dan garsinon B juga menunjukkan aktivitas paling poten pada percobaan ini. Ketiga senyawa tersebut menghambat kuat terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis. Hasil temuan tersebut ditindaklanjuti peneliti asal Osaka Jepang, Sakagami et al. (2005). Fokus pada alfa-mangostin, kali ini senyawa tersebut diisolasi dari kulit batang pohon untuk memperoleh jumlah yang besar. Alfa mangostin aktif terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococcus aureus yang masingmasing resisten terhadap vancomisin dan metisilin. Ini diperkuat dengan aktivitas sinergisme dengan beberapa antibiotika (gentamisin dan vancomisin) terhadap kedua bakteri tersebut. Sementara itu, Mahabusarakam et al. (2006) melakukan pengujian golongan xanton termasuk mangostin, pada Plasmodium falciparum. Hasil menunjukkan bahwa mangostin mempunyai efek antiplasmodial level menengah, sedangkan xanton terprenilasi yang mempunyai gugus alkilamino menghambat sangat poten.

6.     Aktivitas lainnya

Telah disebutkan sebelumnya bahwa alfa-mangostin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkal radikal bebas. Berkaitan dengan fakta tersebut, alfa-mangostin mampu menghambat proses oksidasi lipoprotein densitas rendah (LDL) yang sangat berperan dalam aterosklerosis (William et al., 1995). Sedangkan Mahabusarakam et al. (2000) melaporkan bahwa xanton terprenilasi juga dapat menghambat proses oksidasi dari LDL tersebut. Penelitian lainnnya, mangostin dilaporkan menghambat poten terhadap HIV-1 protease (Chen et al., 1996). Sementara itu, Gopalakrishnan et al. (1997) melaporkan bahwa senyawa xanton mangostin dari kuliat buah manggis mampu penghambat pertumbuhan jamur patogenik : Fusarium oxysporum vasinfectum, Alternaria tenuis, dan Dreschlera oryzae.

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1.     Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kulit buah manggis digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat dan sembelit.
2.     Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (DITJEN POM, 2000).
3.       Aktivitas farmakologi yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis diantaranya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Senyawa paling aktif dalam kulit buah manggis adalah alfa-mangostin, gammamangostin dan garsinon-E.

B.      Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah :
1.     sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efek farmakologi dari ekstrak kulit buah manggis dengan meningkatkan konsentrasi.
2.     Sebaiknya dilakukan pengujian toksisitas dari ekstrak kulit buah manggis.


DAFTAR PUSTAKA


Dungir, Stevi G., dkk., 2012, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), jurnal MIPA Unsrat Online, volume 1,  nomor 1, Jurusan Kimia, FMIPA, Unsrat, Manado.

Indharini, Ulfah, 2010, Penetapan Kadar Α-Mangostin Pada Infusa Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.), skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Manurung, Sondang, dkk.,  2012, Efek Antihiperglikemia dari Ekstrak Kulit Buah Manggis (garcinia mangostana l.) Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar (rattus norvegicus l.) yang Diinduksi Sukrosa, penelitian, Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Nugroho. Agung. Endro. 2009. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

Pasaribu, Hidayani, dkk., 2012, Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, Volume 1, nomor 1, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar